yukberbagi!


Cerpen tentang kearifan lokal dan konflik politik
14/12/2022, 4:12 am12
Filed under: fiksi | Tags: , , , , , , ,

https://link.opinia.id/post/mei-dan-hongkong-van-borneo-133371



Opini tentang Fandom, Fanbase, apapun itu

https://link.opinia.id/post/menuhankan-idola-proses-introyeksi-manusia-kini-129277



Opini dalam rangka Hari Sarjana Nasional

https://link.opinia.id/post/sarjana-sujana-masihkah-wacana-108137



Cerita Mini : Slogan Merdeka
13/12/2022, 4:12 pm12
Filed under: cerita mini | Tags: , ,

https://link.opinia.id/post/slogan-merdeka-95157



Nilai Plus Plus Jika Orang Tua dan Anak Bergerak Bersama Menjawab Kebermanfaatan Internet

 

Ini Indonesia di tahun 2022!

Gulirkan tanganmu di layar ponsel sesuai kebutuhanmu saat ini … mau melihat orang-orang paruh baya sedang bicara apa, lihatlah di timeline Facebook.

Mau melihat citra visual yang memberi kenikmatan, tengok dan jelajahilah Instagram. Tak penting apakah hal tersebut settingan atau tidak.

Namun, bila dirimu hendak update hal-hal yang trending atau viral, apalagi dunia anak muda, eksplorasilah Twitter di mana cuitan akan terbarukan setiap detiknya.

Demikian catatan yang dihadapkan kepada saya sebagai orang tua, ketika memperbaru pengetahuan dan pemahaman tentang manfaat Internet terkait dengan media sosial baru-baru ini, ketika teknologi dan digitalisasi terus bergerak dan terbarukan.

Saya pribadi pernah berasumsi, TikTok yang lalu diikuti IG reels bakal melampaui popularitas Twitter. Ternyata kedua aplikasi tersebut tak serta-merta mengalihkan keseruan anak muda di aplikasi burung biru ‘berisi’ ini, apalagi ketika di rumah, di tempat publik, di kafe, IndiHome menjadi jawaban untuk mereka terus terhubung dan saling cuit.

Sumber : Pixabay

Hasil kajian Hootsuite, yang diulas Nata Connexindo,

https://www.nataconnexindo.com/blog/kenali-segmentasi-pengguna-media-sosial-agar-tidak-salah-pilih-target-pemasaran

mengungkapkan bahwa, pengguna Twitter di Indonesia mencapai jumlah hingga 10,65 juta orang yang membuat Indonesia menjadi negara ke 5 dengan pengguna Twitter terbesar di dunia dengan rentang umur 16-24 tahun merupakan yang mayoritas menggunakan platformnya. Fase usia yang sebagian terbilang generasi Z dengan karakteristik kuat digital native di mana aspek pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, bahkan hingga karakternya terbentuk dari hasil interaksi di ruang siber.

Tak heran, meski fitur yang disajikan Twitter terbatas 280 karakter , maksimum durasi video hanya 2 menitan, tampilan foto tanpa filter kecantikan visual Instagram, tetapi Twitter punya keunggulan menyajikan utas (thread) yang sering dinikmati sebagai bahan bacaan anak muda yang ditenggarai makin pendek rentang konsentrasi membacanya.

Beraneka utas yang bisa dipilih tak sekadar algoritma saja seperti aplikasi media sosial lain, tetapi tanpa disadari lama-lama punya kekuatan menyuarakan ‘sesuatu’.

Cuitan yang diawali “Twitter, please do your magic …. dstnya” kemudian bagaikan corong dengan kecepatan lebih, menggalang massa untuk bertindak. Bukankah hal itu saja segera mendeskripsikan sebuah gerakan, yang viral, yang menyatukan tujuan, walau dengan catatan tidak selalu benar. Bisa saja hal yang kemudian viral itu menjadi bahan untuk merundung seseorang secara beramai-ramai.

sumber : Pixabay

Sulutan emosi entah berdasar SARA, strata sosial maupun keberpihakan akan misi visi tertentu, termasuk politik; mempermudah membesarnya isu tersebut tanpa mampu dicegah lagi. Semudah administrator Twitter memenuhi permintaan pihak untuk nge-banned akun tertentu, semudah itu pula akun alter baru dibuat lagi.

Gerakan yang terjadi, baik maupun buruk dalam aplikasi Twitter ini bagai gerakan akar rumput, yang menyatukan aksi dari berbagai lokasi. Tak hanya di Twitter, media sosial lain pun punya efek negatifnya.

Namun, dibanding melencengnya gerakan tersebut menjadi negatif, manfaat Internet dalam menggerakkan hal lain yang lebih besar tak kalah implikasinya.

Pada koridor yang lebih formal, gerakan anak muda terealisasi dalam Youth 20 (Y20) yang menghubungkan antar negara dan lintas benua. Y20 merupakan wadah konsultasi resmi bagi para pemuda dari seluruh negara anggota G20 untuk dapat saling berdialog dan mendorong para pemuda sebagai pemimpin masa depan untuk meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan global, untuk bertukar ide, berargumen, bernegosiasi, hingga mencapai konsensus.

https://sherpag20indonesia.ekon.go.id/y20

Ketika Twitter meramu segala isu acak baik buruk, menjadi gerakan anak muda, Youth 20 ini lebih terpusat. Misalkan saja isu “Planet yang Berkelanjutan dan Layak Huni”, satu dari empat area prioritas Y20 Indonesia 2022, bersama tiga prioritas lainnya, yaitu Ketenagakerjaan Pemuda, Transformasi Digital, serta Keberagaman dan Inklusi.

Isu yang diolah dari pemahaman bahwa kesadaran anak muda sebagai generasi pewaris planet Bumi di tahun-tahun mendatang, penting memperjuangkan agar tetap menjadi tempat yang layak huni dan berkelanjutan termasuk masih memberi peluang pekerjaan, karir dan hidup mereka di masa datang.

sumber : Pexels

Masa yang kian rumit karena tak terbatas hanya kondisi bumi yang makin ringkih, tetapi juga dengan kebutuhan tenaga kerja yang menciut dan tergantikan oleh digitalisasi, serta ‘menghilangnya’ profesi yang dulu mungkin masih menjadi impian generasi Y maupun milenial, seperti akunting, auditor, data entry, operational manager maupun executive secretary, seperti diulas Bisnis Indonesia pada Edisi Weekly terbitan Minggu, 18 Juli 2021.

Lalu, bagaimana menyiasatinya? Di satu sisi kesigapan generasi Z bergegas dengan kemajuan teknologi internetnya Indonesia, perlu diimbangi dengan bagaimana agar kepekaan sosial dalam hal berkomunikasi, bersikap empati dan berkarakter tangguh , atau istilah anak sekarang, ‘tak kena mental’. Tentunya agar tak menjadi generasi rigid tanpa hal-hal manusiawi.

Hal manusiawi ini kemudian banyak dikenal sebagai soft skill yang menjadi cakupan literasi manusia, dan mampu mengedepankan generasi mendatang menjadi cultural agility global citizenship, yang di-Indonesia-kan menjadi warganegara dunia yang memiliki kelincahan dan kematangan kebudayaan.

Pertanyaan selanjutnya, siapa pihak yang paling berkepentingan dalam membentuk soft skill tersebut, terutama dalam mempersiapkannya menjadi agent perubahan?

Banyak pihak sontak sepakat menjawab orang tua. Namun, percepatan teknologi yang tak serta-merta mampu dikejar orang tua generasi ini, menjadikan mereka sedikit gagap dan tak mampu menjawab pertanyaan dan keingintahuan anak-anaknya, sehingga gap di antara keduanya menjadi kian besar saja.

Berkaca pada pengalaman pribadi penulis, yang baru mengikuti pelatihan bagaimana membuat kampanye sosial yang diselenggarakan campaign.com, tantangan terbesar tentu ketika diperkenalkan teknologi macam aplikasi slack, thinkific maupun padlet dimana saya perlu waktu lebih lama untuk memproses dan mengaplikasikan, dibanding peserta lain dengan usia yang lebih muda. Kadangkala saya juga berupaya mengelak dari share screen ketika sesi break out room webinar, lebih karena belum paham betul bagaimana caranya.

Kesimpulannya, kecepatan teknologi dan digitalisasi dari waktu ke waktu ini, memang perlu dikejar dan dipelajari bersama-sama antara orang tua dan anak. Dengan harapan, terbukanya ruang komunikasi yang timbal balik karena saling paham dan ada keinginan mau belajar, akan mampu memuluskan jalan generasi Z ini siap lahir batin menghadapi masa depan, yang tak selalu mampu diprediksi.

Tentu dengan catatan penting kepada orang tua, untuk tak gengsi belajar kepada yang lebih muda, tak sungkan bertanya bila ada yang tak dimengerti, dan tentu saja mau berusaha mengejar ketertinggalan agar tak makin lebar jurang perbedaannya. Karakter pembelajar yang sangat baik ini saja mampu menjadi role bagi anaknya sendiri, generasi di bawahnya, maupun dengan sesama orang tua.

sumber : Pexels

Pada akhirnya, keberadaan IndiHome produk Telkom Indonesia, telah menunjang digitalisasi dan teknologi sekian jauh untuk memenuhi kebutuhan dan bagian krusial dari kehidupan manusia Indonesia, tanpa bisa dielakkan.

Kita semua, ayah, ibu, anak, tanpa batasan usia, tak pelak lagi dituntut untuk menyesuaikan diri dan bisa mengikutinya dengan lebih bijak dan cerdas. Harapan yang semua orang kehendaki, bukan?